Thursday, August 21, 2008

Pesan Damai Berirama Reggae

Pesan Damai Berirama Reggae

Kamis, 21 Agustus 2008 | 08:24 WIB

TEMPO Interaktif: Rembulan setengah bulat sudah menua. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.45 WIB. Meski begitu, lebih dari 100 anak muda masih berkumpul di depan panggung di halaman parkir Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Mereka bergoyang mengikuti irama reggae yang mengudara malam itu.

Begitulah suasana Malam Renungan Kemerdekaan pada Minggu, 17 Agustus malam lalu hingga Senin dinihari. Acara yang berlangsung dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Ke-63 Republik Indonesia itu diselenggarakan oleh Indoreggae bersama kelompok Prodem dan Taman Ismail Marzuki. Sebanyak 12 band reggae tampil, di antaranya Pyscho, Uncle B, Green Paradise, Babygrass, Green Savana, Babylonians, Shore, Lokal Ambience, Matahari, dan Primitif dengan bintang tamu Ras Muhammad.

Irama bertempo lambat yang banyak dihiasi petikan gitar up-strokes dan ketukan berbagai perkusi menghantar ekstasi yang meleburkan semua menjadi satu. Para penonton yang sebagian besar anak muda tak saling kenal bergoyang membentuk barisan melingkar. "Kami memang mengumandangkan pentingnya persaudaraan," kata Firama Latuheru, Ketua Indoreggae, kepada Tempo.

Pesan tentang persaudaraan dan perdamaian memang bertebaran di sepanjang pertunjukan yang berhiaskan warna khas reggae: merah, kuning, dan hijau, itu. Musik yang awalnya merupakan bentuk perlawanan budak Afrika di Jamaika itu juga mengumandangkan pesan kemerdekaan. "Kita sudah merdeka, tetapi perjuangan belum selesai," kata vokalis Babylonians, Che, sebelum melantunkan lagu Bob Marley, Get Up Stand Up.

Reggae, bagi para penggemarnya, memang kerap diartikan sebagai bentuk perlawanan. Menurut Ras Muhammad, kemerdekaan yang diperoleh bangsa Indonesia juga berasal dari perlawanan. "Sekarang perlawanan bisa dilakukan dengan damai," ujarnya. Perlawanan terhadap sistem yang menindas itulah yang dipertontonkan oleh komunitas reggae Indonesia dalam bentuk kebebasan pada malam itu.

Tengok saja aksi penonton yang bebas hingga naik ke panggung. Walau panggung kecil berukuran 5 x 8 meter itu disesaki penonton yang bergoyang, acara tetap berlanjut. Benar-benar hajatan yang menggambarkan kemerdekaan berekspresi, baik bagi penampil maupun penonton.

Acara itu sekaligus menjadi ukuran perkembangan musik reggae Tanah Air. Setelah era Black Company pada 1980-an dan Imanez 1990-an, kini bertaburan band-band reggae yang sudah merambah industri musik, seperti Steven n Coconut Treez, Shaggy Dog, Tony Q, dan Souljah. Mereka yang tampil malam itu adalah band-band yang rata-rata baru terbentuk dan belum memiliki album. "Kalaupun ada album, masih diedarkan secara indie," kata Firama.

Kegelisahan akan perkembangan reggae itulah yang mendorong terbentuknya Indoreggae pada pertengahan 2007. Komunitas ini awalnya terdiri atas lima band saja, yakni Black Company, Kingston Soul, Mozambique, Secret Place, dan Asian Roots. "Kini sudah berkembang menjadi 55 band, dari Aceh hingga Bali," Firama melanjutkan. Ini merupakan alamat baik bagi perkembangan musik reggae Tanah Air yang selalu menebarkan pesan perdamaian.

Tito Sianipar

Sumber : TEMPO
http://www.tempointeraktif.com/senihiburan/

No comments: